BANGKALAN, HarianMaduraNews – Karapan Sapi merupakan salah satu budaya yang ada di Pulau Madura yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang Orang Madura. Namun hal tersebut dikhawatirkan punah karena kurangnya support dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan.
Hal itu seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum (Ketum) Paguyuban Karapan Sapi Se-Madura (Pakar Sakera) H. Moh. Tohir. Saat Rapat Persiapan Karapan Sapi di Aula Diponegoro Pemerintah Kabupaten Bangkalan di Jalan Soekarno Hatta No. 35 Bangkalan. Jumat (9/8/2024).
Rapat tersebut dipimpin oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Bambang Budi Mustika,yang didampingi oleh Ketum Pakar Sakera H. Tohir, Dispora Bangkalan Ahmad Ahadian Hamid, perwakilan Kapolres dan Kodim Bangkalan, serta para tokoh masyarakat dan Para Kades yang tergabung dalam Persatuan Karapan Sapi (Porkesap) Kabupaten Bangkalan.
Menurut H. Tohir, Budaya Karapan Sapi dikhawatirkan punah karena sulitnya mengakomodir cost pengamanan. Dimana berkaca ke event sebelumnya yang diselenggarakan di Desa Katol Bangkalan. Dimana tim pengamanan dari Kepolisian dan TNI membludak, yang tampak lebih banyak dari penonton. Dan juga membutuhkan cost yang besar.
“Karapan Sapi ini adalah Budaya kami orang Madura, dan jangan dianggap sesuatu yang ekstrem atau menakutkan. Sehingga tak perlu menerjunkan ratusan personil keamanan seperti itu”, sesalnya.
“Melestarikan Kebudayaan Karapan Sapi ini bukan hal yang menguntungkan. Malahan membutuhkan modal yang sangat besar untuk memelihara para sapi, agar prima dan gesit di Lapangan,” lanjutnya.
Pria yang akrab disapa Aba Tohir itu meminta, agar Pemerintah Kabupaten Bangkalan tak perlu lagi membebani para pelestari Budaya Karapan Sapi dengan cost biaya keamanan itu.
“Seperti yang di Desa Katol itu kurang lebih 400 personil tim keamanan yang diterjunkan, coba bayangkan berapa cost yang harus kami keluarkan?, dan itu sangat memberatkan,” tuturnya.
Pun, hal itu sangat besar dampaknya terhadap kenyamanan event karapan sapi. Terlebih akan menimbulkan rasa takut untuk penonton.
“Para penonton akan merasa takut dan tanda tanya besar yang bercampur aduk dalam hatinya, ketika melihat banyaknya aparat di lokasi. Mereka akan merasa takut untuk datang dalam melestarikan atau sekedar menonton Budaya mereka sendiri”, jelasnya.
Ia sangat yakin, jika hal itu terus diberlakukan oleh Pemkab Bangkalan dan tidak ada support, Budaya Karapan Sapi akan punah.
“Di Kabupaten lain tidak seekstrim ini, cuma di Bangkalan saja. Jadi jika cara pengamanannya terus seperti itu dan tidak ada support dari Pemkab, Budaya Karapan Sapi akan punah. Utamanya dimulai dari Kabupaten Bangkalan,” pungkasnya. (IL)